Friday, April 22, 2011

DYNAMIC ROUTING PROTOCOL : RIP (Routing Information Protocol)

1. Sejarah
Algoritma routing yang digunakan dalam RIP, algoritma Bellman-Ford, pertama kali digunakan dalam jaringan komputer pada tahun 1968, sebagai awal dari algoritma routing ARPANET.

Versi paling awal protokol khusus yang menjadi RIP adalah Gateway Information Protocol, sebagai bagian dari PARC Universal Packet internetworking protocol suite, yang dikembangkan di Xerox Parc. Sebuah versi yang bernama Routing Information Protocol, adalah bagian dari Xerox Network Services.

Sebuah versi dari RIP yang mendukung Internet Protocol (IP) kemudian dimasukkan dalam Berkeley Software Distribution (BSD) dari sistem operasi Unix. Ini dikenal sebagai daemon routed. Berbagai vendor lainnya membuat protokol routing yang diimplementasikan sendiri. Akhirnya, RFC 1058 menyatukan berbagai implementasi di bawah satu standar.

RIP (Routing Information Protocol) ini lahir dikarenakan RIP merupakan bagian utama dari Protokol Routing IGP (Interior Gateway Protocol) yang berfungsi menangani perutean dalam suatu sistem autonomous pada jaringan TCP/IP. Sistem autonomous adalah suatu sistem jaringan internet yang berada dalam satu kendali administrasi dan teknis.

2. Pengertian
RIP (Routing Information Protocol) adalah protokol routing dinamik yang berbasis distance vector. RIP menggunakan protokol UDP pada port 520 untuk mengirimkan informasi routing antar router. RIP menghitung routing terbaik berdasarkan perhitungan HOP. RIP membutuhkan waktu untuk melakukan converge. RIP membutuhkan power CPU yang rendah dan memory yang kecil daripada protokol yang lainnya.


3. Macam
a.) Versi_1
Spesifikasi asli RIP, didefinisikan dalam RFC 1058 oleh Charles Hedrick pada tahun 1988.
• Kurang dukungan untuk Variable Length Subnet Mask (VLSM). Karakteristiknya adalah adanya clasfull routing protocol. Misalkan terdapat ip address 10.1.2.0 dianggap class A atau /8. Keterbatasan ini tidak memungkinkan untuk memiliki subnet berukuran berbeda dalam kelas jaringan yang sama. Dengan kata lain, semua subnet dalam kelas jaringan harus memiliki ukuran yang sama.
• Pada RIP v1 tidak terjadi pengiriman subnet mask dalam routing update.

b.) Versi_2
• RIP versi 2 (RIP-2 atau RIPv2) berupaya untuk menghasilkan beberapa perbaikan atas RIP, yaitu dukungan untuk VLSM maupun CIDR

• RIP-2 dapat mengirimkan paket menggunakan multicast pada IP 224.0.0.9 sehingga tidak semua host perlu menerima dan memproses informasi routing. Hanya router-router yang menggunakan RIP-2 yang menerima informasi routing tersebut .

4. Kelemahan-Keunggulan
a. Kelebihan
RIP memakai metode distance-vector algoritma. Algoritma ini bekerja dengan menambahkan satu angka metrik kepada routing apabila melewati satu gateway. Satu kali data melewati satu gateway maka angka metriknya bertambah satu (atau dengan kata lain naik satu hop).
Untuk mencegah kasus menghitung-sampai-tak-hingga, RIP menggunakan metode Triggered Update. RIP memiliki timer untuk mengetahui kapan router harus kembali memberikan informasi routing. Jika terjadi perubahan pada jaringan, sementara timer belum habis, router tetap harus mengirimkan informasi routing karena dipicu oleh perubahan tersebut (triggered update). Dengan demikian, router-router di jaringan dapat dengan cepat mengetahui perubahan yang terjadi dan meminimalkan kemungkinan routing loop terjadi.
Mendukung VLSM pada RIP-2 (classless)
RIP-2 dapat mengirimkan paket menggunakan multicast pada IP 224.0.0.9 sehingga tidak semua host perlu menerima dan memproses informasi routing. Hanya router-router yang menggunakan RIP-2 yang menerima informasi routing tersebut tanpa perlu mengganggu host-host lain dalam subnet.
b. Kekurangan
RIP hanya bisa menangani 15 hop, jika lebih maka host tujuan dianggap tidak dapat dijangkau. Oleh karena alasan tadi maka RIP tidak mungkin untuk diterapkan di sebuah jaringan yang besar.
Konvergensi yang lambat, untuk menghapus entry tabel routing yang bermasalah, RIP mempunyai metode yang tidak efesien. Misalkan subnet 3 bernilai 1 hop dari router 2 dan bernilai 2 hop dari router 3. Ini pada kondisi bagus, namun apabila router 1 crash, maka subnet 3 akan dihapus dari table routing kepunyaan router 2 sampai batas waktu 180 detik. Sementara itu, router 3 belum mengetahui bahwa subnet 3 tidak terjangkau, ia masih mempunyai table routing yang lama yang menyatakan subnet 3 sejauh 2 hop (yang melalui router 2). Waktu subnet 3 dihapus dari router 2, router 3 memberikan informasi ini kepada router 2 dan router 2 melihat bahwa subnet 3 bisa dijangkau lewat router 3 dengan 3 hop ( 2 + 1 ).Karena ini adalah routing baru maka ia akan memasukkannya ke dalam KRT(Kernel Routing Table). Berikutnya, router 2 akan mengupdate routing table dan memberikannya kepada router 3 bahwa subnet 3 bernilai 3 hop. Router 3 menerima dan menambahkan 1 hop lagi menjadi 4. Lalu tabel routing diupdate lagi dan router 2 meneriman informasi jalan menuju subnet 3 menjadi 5 hop. Demikian seterusnya sampai nilainya lebih dari 30. Routing atas terus menerus looping sampai nilainya lebih dari 30 hop.
Tidak mendukung VLSM pada RIP-1(classfull)
RIP-1 menggunakan alamat broadcast untuk mengirimkan informasi routing. Akibatnya, paket ini diterima oleh semua host yang berada dalam subnet tersebut dan menambah beban kerja host.

5. Karakteristik
a. RIP merupakan distance vector routing protocol.
b. Metric berdasarkan pada jumlah lompatan (hop count) untuk pemilihan jalur,
c. RIP menggunakan hop sebagai satu-satunya metrik untuk pemilihan path.
d. Dapat menyebabkan routing loop. Jika hop count lebih dari 15, maka paket dibuang,
e. Diiklankan rute dengan jumlah hop lebih besar dari 15 di luar jangkauan.
f. Jika hop count lebih dari 15, maka paket dibuang,
g. Menggunakan algoritma distance-vector (Bellman Ford).
h. Diameter jaringan terbatas.
i. Lambat mengetahui perubahan jaringan.
j. Menggunakan metrik tunggal.

6. Cara Kerja
Proses RIP beroperasi dari port 520 UDP; semua pesan RIP di enkapsulasi dalam sebuah segment UDP dengan kedua port source dan destination di set 520. RIP mendefinisikan 2 jenis pesan (message): Request messages dan Response messages. Request message digunakan untuk meminta router neighbor mengirimkan update. Response message membawa update. Metric yang digunakan oleh RIP adalah hop count, dengan 1 menandakan network yang terhubung langsung (directly connected) dan 16 menandakan network unreachable.

Pada saat pertama kali aktif, RIP mem-broadcast keluar sebuah paket yang membawa Request message melalui semua interface yang mengenable RIP. Proses RIP kemudian memasuki fase mendengarkan Request RIP atau mengirimkan Response message. Neighbor yang menerima pesan Request akan mengirimkan Response yang berisi tabel routing mereka.

Ketika router yang merequest menerima Response message, router akan memproses informasi yang ada didalamnya. Jika terdapat entri route tertentu yang belum dikenali, maka router akan memasukkannya kedalam tabel routing beserta address dari router yang meng-advertise paket. Jika terdapat entri route yang ternyata sudah ada didalam tabel routing, maka entri yang sudah ada akan digantikan hanya jika entri route yang baru memiliki hop count yang lebih rendah. Jika hop count yang baru lebih tinggi daripada hop count yang telah tersimpan dan paket update berasal dari router next-hop yang tersimpan dalam tabel, maka entri route akan ditandai sebagai unreachable selama waktu yang terdapat dalam holddown period. Jika holddown period telah berakhir dan neighbor yang sama masih tetap meng-advertise entri dengan hop count yang lebih tinggi tersebut, maka metric yang baru (yang lebih tinggi) akan diterima.
7. Kofigurasi di Packet Tracer
a. Desain


a. Konfigurasi IP pada Fastethernet Router
Router A
Router>ena
Router#conf terminal
Router(config)#interface fastEthernet 0/0
Router(config-if)#ip address 192.168.10.10 255.255.255.0
Router(config-if)#no shutdown

Router B
Router>ena
Router#conf terminal
Router(config)#interface fastEthernet 0/0
Router(config-if)#ip address 192.168.12.12 255.255.255.0
Router(config-if)#no shutdown

b. Konfigurasi IP Static
Router A
Router(config)#interface serial 2/0
Router(config-if)#ip address 200.200.200.1 255.255.255.0
Router(config-if)#no shutdown

Router B
Router(config)#interface serial 2/0
Router(config-if)#ip address 200.200.200.2 255.255.255.0
Router(config-if)#clock rate 4800
Router(config-if)#no shutdown

c. Berikan RIP
Router A
Router(config)#router rip
Router(config-router)#network 192.168.12.0
Router(config-router)#network 200.200.200.0

Router B
Router(config)#router rip
Router(config-router)#network 192.168.10.0
Router(config-router)#network 200.200.200.0


0 komentar:

Post a Comment

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes